Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta agar seruannya untuk memboikot produk Amerika Serikat (AS) jangan disalahtafsirkan. Memboikot produk AS bukan merusaknya. "Seruan untuk memboikot itu tidak dalam arti merusak, karena kita tidak mentolelir kekerasan dan jangan salah tafsir bahwa pernyataan MUI itu dalam arti merusak," ujar Ketua Bidang Ukhuwah Islamiyah MUI Umar Shihab kepada detikcom, Jumat (9/1/2008). Umar mengatakan pihaknya tidak akan mengeluarkan fatwa terkait pemboikotan produk AS tersebut. "Tidak ada fatwa, cukup seruan. Saat ini responnya cukup baik dari masyarakat. Ini dilakukan agar dari segi politik Indonesia mampu menolak agresi Israel," tegas Umar. Apakah seruan boikot itu efektif, karena produk AS tidak hanya makanan dan minuman saja, namun juga produk lain seperti alat elektronik seperti komputer dan sebagainya? "Itu adalah perjuangan politik dalam menghentikan Israel melakukan agresi. Memang tidak mungkin untuk memboikot secara penuh karena produk AS mungkin ada di rumah kita, apakah kita tidak akan menggunakannya?" ujar Umar. "Yang penting kita tidak membeli dan memberikan keuntungan pada AS, yang digunakan untuk melanggar hak-hak warga Palestina," tandas dia. Sebelumnya, seperti diberitakan detikcom, pada Kamis 8 Januari 2009 lalu, sekitar 300 pelajar dan mahasiswa berdemo di depan restoran waralaba asal AS, Kentucky Fried Chicken (KFC) di Palu. Tak cukup hanya berdemo, saat diizinkan masuk dan tak berhasil menemui pengelola, aksi mereka berubah menjadi anarkis.(mpr/nwk)
Minggu, Januari 11, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
terima kritik dan saran jngan lppa ksih coment..!!